Tipe, Gejala dan Macam-Macam Sindrom Pramenstruasi (PMS) yang Wajib Kamu Tahu

Photo of author

By Redaksi

Bagi para wanita istilah PMS atau premenstrual syndrome dan sindrom pra menstruasi tentu sudah tidak asing lagi. Dimana PMS sering diartikan sebagai gejala dan ciri seorang wanita ketika akan mengalami menstruasi, baik itu secara fisik maupun emosi.

Pada saat menjelang menstruasi umumnya para wanita mengalami berbagai keluhan, mulai dari kondisi tubuh yang lebih panas, payudara yang nyeri dan bengkak, hingga mual, pusing dan sakit kepala.

Selain itu kondisi emosi juga cenderung lebih labil dan sensitif, tidak mengherankan jika menjelang menstruasi seorang wanita bisa uring-uringan tanpa sebab yang jelas atau hanya karena masalah sepele. Nah, pernahkah Anda mengalami hal itu? Jika ya, berarti Anda sedang mengalami PMS.

Tahukah Anda jika PMS memiliki tipe dan gejala yang bermacam-macam?

Bagi Anda yang belum memahami hal ini perlu diperhatikan bahwasanya, tipe dan gejala PMS yang akan Anda ketahui nantinya akan sengat berpengaruh terhadap mengatasi seputar keluhan menstruasi. Jika Anda penasaran mengenai apa saja tipe PMS dan bagaimana gejalanya, akan kami ulas setelah pembahasan berikut:

Apakah semua wanita mengalami hal yang sama sebelum menstruasi? 

PMS atau premenstrual syndrome merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan siklus menstruasi pada wanita, baik itu gejala fisik, emosi, maupun psikologis.

Sekitar 80-95% wanita mengalami PMS yang menimbulkan beberapa gangguan kecil yang berdampak pada aktivitas keseharian yang kurang efektif.

Gejala ini mulai dialami wanita saat menjelang dua minggu sebelum menstruasi, namun gangguan ini akan hilang saat menstruasi pertama.

Meski demikian ada beberapa wanita yang masih merasakannya hingga beberapa hari setelah haid. Selain itu, sekitar 14% wanita yang berusia dikisaran 14-35 tahun akan mengalami PMS hebat yang mengharuskan mereka untuk menjalani istirahat dari rutinitas sehari-hari.

Bagi wanita usia produktif, gejala yang ada pada PMS seperti pusing, perasaan lebih sensitif, maupun depresi yang terjadi dua minggu sebelum menstruasi masih dianggap lazim. Bahkan berdasarkan penelitian, sekitar 40% wanita yang berusia 14-50 tahun mengalami PMS.

PMS merupakan rangkaian gejala yang muncul menjelang menstruasi sebagai reaksi terhadap perubahan hormonal yang berkaitan dengan proses ovulasi atau pelapasan sel telur dari ovarium.

Bagaimanakah Cara Kerja PMS (Premenstrual Syndrome) pada Wanita?

Meski lazim dialami oleh kaum wanita, namun penyebab pasti dari PMS belum diketahui secara jelas sehingga muncul berbagai teori terkait bagaimana PMS bisa terjadi.

Sebuah teori menyebutkan bahwa PMS muncul sebagai respon terhadap ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan hormon progesteron.

Sementara itu, teori yang lain menyebutkan bahwa PMS terjadi karena kadar hormon estrogen yang terlalu tinggi.

Di sisi lain, para peneliti juga berasumsi terhadap kemungkinan perbedaan genetik antara sistem pembawa pesan dan sensitivitas reseptor dalam menyampaikan pesan pengeluaran hormon seks di dalam sel. Hal ini juga, erat kaitannya dengan munculnya gangguan perasaan maupun fungsi serotonin saat menjelang menstruasi.

Faktor yang Dapat Meningkatkan Resiko PMS

Ada banyak manfaat yang akan didapatkan saat Anda mengetahui faktor yang memicu gejala PMS. Dari informasi awal ini, Anda dapat mengurangi resiko yang akan muncul, sehingga nyeri sakit akibat PMS dapat diminimalisir.

PMS Pasca Melahirkan

Wanita yang pernah melahirkan beberapa anak dimungkinkan dapat mengalami resiko PMS yang lebih berat, terutama jika ada riwayat kehamilan dengan komplikasi seperti misalnya toksima.

PMS Pasca Menikah

Wanita yang sudah menikah lebih rentan mengalami PMS dibandingkan dengan yang belum menikah.

Pertambahan Usia

Pertambahan usia pada wanita diyakini bisa meningkatkan resiko terjadinya PMS, terutama di usia 30 hingga 45 tahun.

Kondisi Stress

Stress yang dialami oleh wanita diyakini dapat memperburuk PMS yang dialami. Untuk menghindari hal tersebut dianjurkan untuk melakukan hal-hal postif dalam mengimbangi emosi yang sedang berjalan.

Kebiasaan Makan

Wanita yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu seperti misalnya yang tinggi gula, garam, konsumsi kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, makanan olahan maupun produk susu dimungkinkan dapat memperburuk keluhan PMS.

Kekurangan Gizi

Kekurangan nutrisi tertentu bisa menjadi penyebab PMS yang dialami menjadi lebih parah, diantaranya adalah kekurangan vitamin B terutama B6, vitamin C, vitamin E, zat besi, magnesium, seng, asam lemak linoleat, dan mangaan.

Kebiasan Buruk

Kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol diyakini bisa memperburuk keluhan PMS pada wanita. Bagi Anda yang masih memiliki kebiasaan ini, sebaiknya dihindari untuk sementara waktu.

Aktivitas Fisik

Wanita yang jarang atau bahkan tidak pernah melakukan olah raga dan kurang melakukan aktivitas fisik cenderung bisa memperparah keluhan PMS yang dialami.

Itulah beberapa fakto yang bisa meningkatkan resiko seorang wanita mengalami PMS, adapun gejala umum yang biasanya dialami ketika akan menstruasi adalah: Tubuh terasa tidak fit, demam, perut mulas, dan mual, Sakit kepala atau pusing, Keputihan, Emosi lebih labil dan sensitif, Pembengkakan pada payudara disertai dengan rasa nyeri, Munculnya jerawat, dan Bau badan tidak sedap.

Tipe dan Gejala PMS yang Wajib Anda Tahu

Dr. Guy E. Abraham, seorang ahli kandungan dan kebidanan dari Fakulitas Kedokteran UCLA AS, membagi jenis PMS menjadi 4 tipe berdasarkan gejalanya, yaitu:

1. PMS tipe A (Anxiety)

Jenis PMS tipe A ditandai dengan gejala kondisi kejiwaan yang cenderung cemas, perasaan yang labil, saraf tegang dan lebih sensitif. Bahkan ada beberapa wanita yang mengeluhkan depresi ringan hingga sedang menjelang menstruasi.

Kondisi tersebut disebabkan adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Beberap peneliti mengungkapkan bahwa kondisi tersebut juga dimungkinkan karena kekurangan vitamin B6 dan magnesium.

Pada penderita PMA tipe A, disarankan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang berserat dan mengurangi konsumsi kopi.

2. PMS tipe H (Hyperhydration)

Jenis PMS tipe H ditandai dengan gejala adanya pembengkakan (edema), payudara terasa nyeri, perut kembung, bengkak di kaki dan tangan, dan berat badan cenderung naik.

Kondisi pembengkakan bisa disebabkan karena adanya penumpukan cairan pada jaringan di luar sel akibat tingginya asupan gula dan garam.

Penanganan yang diberikan untuk mengurangi keluhan tersebut biasanya berupa obat deuretik untuk mengurangi cairan dan natrium di dalam tubuh.

Upaya pencegahan terhadap PMS tipe ini bisa dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam dan gula dalam konsumsi sehari-hari.

3. PMS tipe C (Craving)

Jenis PMS ini ditandai dengan gejala adanya rasa lapar dan cenderung ingin mengkonsumsi jenis makanan yang manis dan karbohidrat. Dan biasanya setelah 20 menit mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak akan diikuti dengan keluhan hipoglikemia yang ditandai dengan gejala kelelahan, jantung berdebar, pusing bahkan dalam kondisi yang parah bisa menyebabkan pingsan. Hipoglikemia terjadi karena terjadi peningkatan hormon insulin di dalam tubuh.

Rasa lapar dan keinginan untuk mengkonsumis makanan manis bisa disebabkan karena adanya stress, tingginya asupan garam dan tidak terpenuhinya omega 6 (asam lemak esensial), ataupun karena kekurangan magnesium.

4. PMS tipe D (Depression)

Jenis PMS tipe ini ditandai dengan gejala timbulnya rasa depresi, lemah, gangguan tidur, ingin menangis tanpa sebab yang jelas, cenderung pelupa, kesulitan mengucapkan kata-kata dan cenderung merasa bingung. Biasanya PMS tipe D terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

PMS tipe D disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron terlalu tinggi.

Kombinasi PMS tipe D dengan tipe A bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti misalnya kondisi stress, kekurangan magnesium, kekurangan vitamin B6, kekurangan asam amino tyrosine dan karena faktor penyerapan maupun penyimpanan timbal di dalam tubuh.

Sebagai upaya untuk mengurangi keluhan dari PMS tipe D maupun kombinasi dengan tipe A, maka disarankan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium dan vitamin B6.

Ada kalanya seorang wanita juga mengalami kram perut menjelang menstruasi, namun ternyata keluhan tersbut tidak termasuk PMS walaupun kadang muncul bersama gejala PMS.

Gejala kram perut lebih dikenal dengan istilah dismenorrhea. Kondisi dimenorrhea diyakini akan membaik bahkan bisa hilang jika seorang wanita telah melahirkan, namun tidak demikian dengan PMS.

Tips Aman Mencegah Keluhan yang diakbitkan PMS

Membatasi konsumsi makanan yang tinggi gula, garam, daging merah, protein, minuman bersoda, kopi, alkohol dan rokok.

Lebih banyak mengkonsumsi ikan, ayam, kacan-kacangan, sayuran hijau, makanan yang mengandung asam linoleat, makanan yang mengandung vitamin B6, dan magnesium.

Mengurangi konsumsi susu dan produk olahannya, dan bisa diganti dengan kedelai.

Melakukan aktivitas fisik atau olehraga secara teratur.

Menghindari stress dan menjaga berat badan.

Nah, itulah beberapa jenis PMS dan cara penanganan maupun pencegahannya, semoga bisa menambah pengetahuan Anda sehingga bisa meminimalisir keluhan PMS di bulan-bulan berikutnya.

Leave a Comment