Jilbab Paris, Jilbabnya Wanita Eropa?

Photo of author

By Andra

Jilbab Paris, Jilbabnya Wanita Eropa?
Ilustrasi wanita eropa
Paris memang layak disebut sebagai Kota Mode. Di sinilah, geliat seni berbusana begitu marak dan mendunia. Segala jenis pakaian yang mengacu ke Ibukota Prancis ini jadi kebanggaan siapa pun pemakainya. Terlebih, bagi para wanita Eropa maupun wanita di seluruh dunia. Paris adalah kiblatnya fashion.
Wanita dan Pemikirannya
Wanita Eropa merupakan wanita-wanita yang dianggap sangat paham dengan apa yang ia inginkan dalam hidupnya. Mereka cukup terpelajar dan sangat mandiri. Tidak mengherankan kalau banyak di antara wanita-wanita yang ada di daratan Eropa ini memanggu jabatan yang tertinggi di negaranya. Lihat saja, Ratu Elizabeth II. Ia telah menjadi seorang ratu selama 60 tahun. Tidak banyak sebuah singgasana dipegang oleh seorang raja atau ratu selama itu.
Tidak hanya di Inggris, Jerman pun kini dipimpin oleh seorang wanita. Kehebatan para wanita dari daratan Eropa ini bukan hanya terjadi pada abad ke-21 saja. Sejak abad awal keberadaan peradaban, peranan wanita telah sangat menonjol. Tidak hanya dalam bidang politik, dalam bidang ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, para wanita ini sudah memberikan sumbangan yang tidak sedikit.
Tidak mengherankan kalau saat ini banyak wanita dunia yang ingin belajar di benua Eropa. Walaupun sekarang Eropa sedang mengalami kemerosotan ekonomi yang luar biasa menyedihkan hingga Spanyol ingin menjual kastil-kastil indahnya dan Yunani ingin menjual pulau-pulau eksotiknya, tetap saja banyak orang yang ingin mengunjungi benua terkecil nomor dua di dunia ini.
Eropa itu memang sangat eksotis. Pemandangannya yang luar biasa sering menjadi tempat pembuatan film termasuk film-film terlaris dunia seperti Harry Potter, Star War hingga James Bond yang terbaru, Skyfall. Eropa yang telah berkembang sejak lama dengan orang-orang yang cerdas, mempunyai gedung-gedung kuno yang luar biasa. Peninggalan dari para ilmuwan seperti Leonardo da Vinci dan para ilmuwan yang juga penemu, membuat benua ini penuh dengan keajaiban keindahan buatan manusia yang mungkin sulit ditanding oleh orang-orang sekarang.

Dengan lingkungan yang seperti itu, para wanita di benua Eropa ini tumbuh menjadi wanita pemberani dan mandiri. Kemandirian wanita ini telah juga mempengaruhi keputusan yang mereka ambil dalam hidupnya. Misalnya, mereka bisa saja memutuskan tidak menikah selama hidupnya. Mereka juga akan dihargai ketika dengan sadar mengatakan bahwa mereka tidak mau melahirkan. Keengganan wanita benua satu ini yang untuk tidak mempunyai anak malah pernah menjadi gunjingan banyak orang.
Mereka lebih senang memelihara anjing daripada membesarkan anak. Kerepotan yang terbayang ketika membesarkan anak telah membuat banyak wanita memutuskan tidak mempunyai anak. Anjing tentu berbeda. Anjing terasa lebih menyenangkan dan lebih mudah diatur daripada bayi atau anak-anak yang terkadang sangat nakal. Tentu saja apa yang dilakukan oleh wanita dari benua yang cukup terpandang ini mempengaruhi pandangan wanita dari benua lain.
Sekarang pun telah banyak wanita dari benua lain terutama yang tinggal di kota besar yang memilih tidak mempunyai anak atau tidak mempunyai banyak anak karena mereka ingin mengejar karir. Tidak hanya dalam hal mempunyai anak. Dalam hal mode juga, para wanita ini mempunyai keinginan sendiri. Kalau pada abad awal, wanita tampil demi menyenangkan lawan jenisnya, kini wanita lebih memilih mode demi menyenangkan dirinya sendiri.
Mereka mulai bereksperimen dengan berbagai bahan dan gaya. Mereka tidak segan-segan mengenakan pakaian seperti pakaian laki-laki dengan modifikasi yang dilakukan dibeberapa tempat. Itulah mengapa penggunaan jeans dan celana panjang gaya laki-laki banyak dikenakan oleh para wanita. Hal ini memang dipengaruhi oleh keinginan wanita untuk setara dengan kaum laki-laki. Mereka ingin mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki.
Perjuangan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki ini telah diperjuangkan oleh kaum wanita sejak lama. Wanita di Eropa mungkin tidak harus berjuang sangat keras speerti wanita yang ada di benua Amerika, benua Asia, benua Afrika, dan benua Australia. Wanita Amerika bahkan pernah tidak diikutsertakan dalam kegiatan politik terutama wanita kulit hitam. Bahkan wanita yang hidup di benua Afrika, hingga kini masih terinjak-injak.
Wanita Afrika masih banyak yang menjadi korban pemerkosaan. Seakan-akan wanita itu hanya sebagai pelengkap penderita kehidupan. Wanita yang hidup di Eropa memang cukup beruntung. Hanya saja memang sejarah membuktikan bahwa pada suatu waktu wanita Bosnis pernah menjadi bulan-bulanan dari para tentara Serbia yang biadab. Namun, hal ini ternyata tidak membuat penilaian bahwa wanita di benua Eropa ini tetap beruntung.
Wanita dan Fashion
Mungkin, sudah “kodrat” wanita menggilai fashion. Tak kenal usia, batas negara, hingga keyakinan (agama). Tidak terkecuali, bagi para wanita muslim. Asalkan sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh agama (Islam), seorang muslimah boleh-boleh saja mengekspresikan dirinya dalam berbusana. Menampilkan berbagai inspirasi berbusana muslim yang stylish tapi tetap syar’i (sesuai aturan Islam).
Jilbab telah mendunia termasuk juga di benus Eropa. Bahkan para muslimah Perancis dengan pakaian renang tertutup dengan leluasa bisa berselancar di atas gelombang. Walaupun sempat tersiar kabar pemerinath Perancis melarang wanita muslim bercadar, kini keadaan telah cukup tenang dan wanita muslim tetap diberi kebebasan untuk berbusana secara syar’i. Bahkan Inggris telah dengan lapang dada membiarkan kaum muslim hidup tenang. Mereka bisa beribadah dengan baik tanpa harus merasa terancam jiwanya.
Eropa memang lebih bebas dalam pemikiran dan menerima perbedaan. Keberadaan kerajaan Turki Utsmani yang sempat menguasai beberapa wilayah di Eropa juga memberikan pemahaman terhadap Islam. Walaupun antara Islam dan Katolik pernah terjadi perang salib, kini semua itu hanya sejarah yang tidak harus menjadi duri dalam kehidupan yang aman dan damai.
Pangeran Charles sudha beberapa kali mengunjungi negera-negara muslim. Ia pun menyadari betapa Islam itu tidak bisa dimusuhi. Hal inilah yang membuat penampilan muslimah berjilbab bukan satu pemandangan aneh di benua Eropa. Beragam gaya jilbab menjadi salah satu busana yang tidak bisa dianggap remeh sehingga berbegai model jilbab pun berkembang.
Jilbab
Salah satu jenis busana muslimah yang sering kali jadi “ladang” kreasi itu adalah jilbab. Yaitu, sepotong kain yang dipakai menutupi seluruh kepala, leher, hingga dada. Pada mulanya, jilbab boleh dikatakan “miskin” kreasi. Jilbab tak lebih hanya sebentuk kain yang menutupi sebagian tubuh pemakainya.
Namun, derasnya geliat mode di Kota Paris menulari para muslimah untuk berkreasi dengan jilbab yang mereka pakai. Akhirnya, berbagai jenis jilbab pun tercipta. Ada jilbab gaya Turban atau Turki, Syria, Arabian, Pashmina, dan yang kini begitu digandrungi para muslimah di Indonesia adalah jilbab Paris.
Tidak ada yang tahu pasti kapan nama jilbab Paris pertama kali diperkenalkan ke masyarakat. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana nama Paris diambil menjadi nama jilbab yang populer saat ini. Apakah memang jilbab jenis ini awalnya dipakai para wanita Eropa di Kota Paris? Atau karena bahannya (katun) yang berasal dari Paris? Belum ada yang bisa menjawab dengan memuaskan. Semuanya hanya menduga-duga.
Kini, lupakan soal “sejarah” dari jilbab yang juga biasa disebut jilbab segi empat ini. Perhatikan saja bagaimana fenomena jilbab Paris mewarnai gaya berbusana para muslimah. Mulai remaja hingga orang dewasa, tak segan untuk memakainya.
Ciri khas jilbab Paris terletak pada kainnya yang halus dan tipis. Terasa nyaman digunakan oleh kaum perempuan dan memberi rasa adem bagi pemakainya. Tak mudah kusut dan jatuhnya bagus sehingga menimbulkan terkesan rapi saat dikenakan. Tidak heran jika jilbab Paris cepat digemari. Banyaknya permintaan membuat perkembangan jilbab Paris terdongkrak.
Awalnya, jilbab ini hanya ada satu motif, yaitu jilbab Paris berbentuk kotak tanpa motif. Motif yang dipakai mengalami beragam modifikasi. Terlebih, ketika banyak perempuan kantoran yang “menjatuhkan hatinya” kepada jilbab ini. Berbagai motif jilbab, polos hingga jilbab yang diberi hiasan bordir, dan bermotifkan payet serta aksesoris lain, semakin banyak terlihat. Bahkan, ada jilbab Paris yang menggunakan aksesoris tambahan dari merek-merek terkenal, seperti Versache dan Gucci.
Soal harga pun bervariasi. Mulai belasan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah per potongnya. Beda jenis dan semakin rumit atau semakin banyak aksesoris yang dipajang di jilbab, semakin mahal pula harganya. Mungkinkah jilbab Paris akan menjadi pakaian wanita Eropa ? Mungkin saja.

Leave a Comment